Kamis, 26 Juni 2014

BUAT TELINGA-TELINGA YANG MENGAKU AKADEMISI !




Rintih tangis minor di pelosok negeri memanggilmu



Ada kura-kura dalam perahu dan kau pura-pura tak tahu
Sejenak mungkin jiwamu terganggu bahkan hancur
Karena kau punya hati iba dan karenanya kau disebut manusia
Mungkin mahasiswa…

Namun iba hanya iba, yang tak berujung apa-apa
Karena kau sakti mandra serba-guna
Layaknya sayembara dalam sinema misteri gunung merapi
Kau kumpulkan potongan-potongan jiwa yang hancur itu
Dengan jurus rawa rontekmu
Lalu pergi berlalu
Bagai tak tahu-menahu,
Karena tak ada untung buntungnya bagimu,
Untuk beliau, tonggak kayu akademisi

Sakti kera sakti, sayembara mati nona lampir menari
Tak kusangsikan,
Kau paham banyak teori dengan rentetan gelar yang membuntuti
Namun teori-teori hanya imajinasi usang tentang datangnya peri
Gelar-gelar hanya tentang label harga dan citra
Jika yang terpenting hanya perut pribadi yang terisi nasi dan juga kuku berseri-seri
Maka, serakahmu tetap membabi,
sengsarapun menjadi-jadi

Jika kau anggap ilmu itu sebagai produk
Yang hanya akan mendatangkan untung bagi instansi,
Maka otak-otak akademisi akan tergerus dan ikut terkontaminasi
Dengan uang sebagai orientasi
Kapitalisme mewabahi

Ah..
Rencanamu memang sudah tersusun rapi
Tanpa ada aklamasi, tentang bagi-bagi nasi
Demokrasi hanya alih alibi & mahasiswa di anggap komoditi

Teriak lapar biri-biri, peri datang menertawai
Jika sudah tersusun rapi, otak buntu mencari solusi
Tak sampai hati untuk anarki, mungkin..
Hanya cukup literasi

Berteriak mengusik
Manusia sakti yang mengelabuhi hati
Serta telinga tuli dengan demokrasi tentang bagi-bagi nasi
Asal satu orientasi dan destinasi
Lalu kau anggap mereka layak mendapat kursi




Kura-kura dalam perahu dan kau pura-pura tak tahu
Sakti kera sakti, sayembara mati nona lampir menari
Teriak lapar biri-biri, peri datag menertawai


*OM KRIWUL

Selasa, 03 Juni 2014

Persimpangan Kritisisme Mahasiswa



SUMPAH MAHASISWA INDONESIA

Kami Mahasiswa Indonesia bersumpah…
Bertanah Air Satu, Tanah Air Tanpa Penindasan

Kami Mahasiswa Indonesia Bersumpah…
Berbangsa Satu, Bangsa yang mencintai keadilan

Kami Mahasiswa Indonesia Bersumpah..
Berbahasa satu, Bahasa tanpa kebohongan

                Mahasiswa adalah suatu aset berharga yang dimiliki oleh suatu negara. Mahasiswa merupakan suatu massa yang setiap individunya mempunyai “ledakan energy”  yang besar dan sangat berpengaruh bagi Bangsa. Mahasiswa yang memiliki pemikiran-pemikiran yang kritis serta memiliki semangat pengorbanan yang sangat tinggi. Karena mahasiswa adalah “ Agent Of Sosial Change”.
                Masa depan bangsa tergantung pada mahasiwanya yaitu sebagai aset bangsa yang tidak bisa dinilai dari apapun apalagi Dollar. Selain itu mahasiswa selalu meneropong arah kebijakan  kaum elit, baik itu ruang lingkupnya negara maupun kampus. Karena mahasiswa identik dengan Kritisisme, terutama ketika sejarah sudah mencatat sebuah fakta yang terjadi 17 tahun yang lalu. Bagaimana mahasiwa berhasil membongkar busuknya rezim orde baru. Bukti itu juga yang diperlihatkan di tahun 1928-1945 dan di tahun 1966.
                Menurut hemat penulis, sekarang mahasiswa sedang berada dalam persimpangan kritisisme. Ketika tuntutan akademis seolah mengalihkan kita untuk bertemu, berdiskusi dan berbincang tentang alam organisasi dan lingkungan alam sosial disekitarnya. Ingat kawan, dunia mahasiswa merupakan wadah untuk pencarian banyak aspek tentang kehidupan. Bisa saja aspek sosial, politik, budaya, dan juga agama. Karena saat ini aku yakin kita sedang berada dalam proses mencari dan terus mencari. Apakah nantinya kita akan menjadi orang yang kritis terhadap kebijakan pemerintah, kritis terhadap politisi, kritis terhadap pejabat, kritis terhadap umatnya atau kritis terhadap bangsanya. Karena kita, mahasiswa adalah kaum yang paling sadar tentang situasi dan kondisi bangsanya.
                Lain dulu lain sekarang. Dulu gerakan intelektual mahasiswa tumbuh subur karena rasa nasionallismenya, sehingga banyak diantara mereka memiliki idealisme tinggi dan layak menyandang predikat pejuang. Sedangkan saat ini terlihat komitmen moral dan intelektual mahasiswa  dalam memperjuangkan apa yang diyakininya sebagai kebenaran. Sekarang mahasiswa lebih terlena dan direpotkan bagaimana menjadi kaum borjuis yang baik dan benar.  Sungguh hebat kaum kapitalisme yang telah mampu menciptakan budaya massa dan budaya instan bagi kami Mahasiswa.
                Organ-organ ekstra kampus yang diharapkan mampu menjadi media aktulisasi diri mahasiswa pun belum efektif. Mereka hanya sibuk dan berkutat pada ranah politik kampus. Peran mereka yang seharusnya bisa lebih pro melihat realitas lingkungan sosial justru hanya menjadikan mahasiswa sebagai objek rekruitmen anggota baru kelompoknya, yang maksud dan tujuannya tak lain hanya untuk meng “Goal” kan kepentingan organnya sendiri. Ada lagi yang lebih parah, diamana organ ekstra tersebut hanya menjadi benalu dan taunya hanya demo yang memacetkan jalan.
                Dosen-dosen demikian , ketika mahasiswa masuk kelas mereka menitipkan pesan-pesan :
Nak… belajar yang bener yaa, terus dapet IPK yang tinggi habis itu cari kerja, nikah… terus nabung yang banyak, biar nanti anak mu gak mlarat. Gak penting… Curha ya buk J
Teringat………………!         
                Harapan Pak Soekarno terhadap kita (Mahasiswa) adalah mahasiswa yang suka membaca alias kutu buku dan juga selalu memperhatikan lingkungan sosial disekelilingnya.  Saya ingat kata-kata Bung hatta dalam pidatonya di UI pada tahun 1968. Bung Hatta mengatakan “tanggung jawab moral dan intelektual mahasiswa bukan hanya pada tatanan teks-teks saja, tetapi juga terhadap masyarakat dan realitas sosial.
                Perlu direfleksi lagi bahwa pada level mahasiswa bukan hanya tentang tugas-tuga yang diberikan dosen pada mahasiswa. Akan tetapi pada level ini mahasiswa di harapkan membentuk paradigma berpikir dan character building. (?)

BY : OCHED_aconk