Rintih tangis minor di pelosok negeri memanggilmu
Ada kura-kura dalam perahu dan kau
pura-pura tak tahu
Sejenak
mungkin jiwamu terganggu bahkan hancur
Karena
kau punya hati iba dan karenanya kau disebut manusia
Mungkin
mahasiswa…
Namun
iba hanya iba, yang tak berujung apa-apa
Karena
kau sakti mandra serba-guna
Layaknya
sayembara dalam sinema misteri gunung merapi
Kau
kumpulkan potongan-potongan jiwa yang hancur itu
Dengan
jurus rawa rontekmu
Lalu
pergi berlalu
Bagai
tak tahu-menahu,
Karena
tak ada untung buntungnya bagimu,
Untuk
beliau, tonggak kayu akademisi
Sakti kera sakti, sayembara mati nona lampir menari
Tak
kusangsikan,
Kau
paham banyak teori dengan rentetan gelar yang membuntuti
Namun
teori-teori hanya imajinasi usang tentang datangnya peri
Gelar-gelar
hanya tentang label harga dan citra
Jika
yang terpenting hanya perut pribadi yang terisi nasi dan juga kuku berseri-seri
Maka,
serakahmu tetap membabi,
sengsarapun
menjadi-jadi
Jika
kau anggap ilmu itu sebagai produk
Yang
hanya akan mendatangkan untung bagi instansi,
Maka
otak-otak akademisi akan tergerus dan ikut terkontaminasi
Dengan
uang sebagai orientasi
Kapitalisme
mewabahi
Ah..
Rencanamu memang sudah tersusun rapi
Rencanamu memang sudah tersusun rapi
Tanpa
ada aklamasi, tentang bagi-bagi nasi
Demokrasi
hanya alih alibi & mahasiswa di anggap komoditi
Teriak lapar biri-biri, peri datang menertawai
Jika
sudah tersusun rapi, otak buntu mencari solusi
Tak
sampai hati untuk anarki, mungkin..
Hanya
cukup literasi
Berteriak
mengusik
Manusia
sakti yang mengelabuhi hati
Serta
telinga tuli dengan demokrasi tentang bagi-bagi nasi
Asal satu orientasi dan destinasi
Lalu
kau anggap mereka layak mendapat kursi
Kura-kura dalam
perahu dan kau pura-pura tak tahu
Sakti kera sakti,
sayembara mati nona lampir menari
Teriak lapar
biri-biri, peri datag menertawai
*OM KRIWUL
0 komentar:
Posting Komentar